BACK TO KAMPUS (cerpen)

25 November 2010 at 10:12 am | Posted in Gen 8, MOTIVASI, SASTRA | Leave a comment


Oleh: Ervyta Sari

Yup… Start!!! Aku harus mulai dari sekarang, kalau tidak kapan lagi. Kata-kata ini sering menjadi pemacu diri ini kala hati lesu lunglai menjalani hidup dengan banyak bersantai, jalan dengan gontai, dan tangan pun ikut menari lemah gemulai. Kalo udah seperti itu, hidupku seakan hampa, seolah tak ada bingkai cita-cita yang harus ku kejar dan ku jadikan hadiah pada orang tua. Padahal niat mulia yang selalu kusemat dalam dada adalah menjadi thalibatul ilmi yang mulia. Dan ketika kaki sudah menginjak bumi kinanah ini semua seakan menjadi berbeda. Niat yang kutanam kuat mulai goyah dihantam kabut pasir padang sahara. Niat yang lurus mulai bengkok dan lemah dimakan usia. Seakan cita-citaku hanyut dibawa terjangan ombak pantai Alexandria. Namun, ku yakin aku kesini bukan terpesona oleh gemilang kota Alexandria atau cantiknya pesona Cleopatra.

Aku bukanlah gadis yang tak punya mimpi. Menjadi sang pemimpi untuk menjadi sang pemimpin itu sangatlah berarti. Dimulai dengan mimpi berharap menjadi cahaya yang abadi. Paling awal mejadi pemimpin hati diri sendiri agar bisa senantiasa mengaturnya, agar bisa membawa pada jalan yang lurus dan hakiki. Kalau bukan diri ini  yang memulai siapa lagi. Karena ku yakin motivasi terbesar terdapat dalam diri ini sendiri. Yah, aku harus bisa dan aku harus yakin bahwa potensi itu masih ada, masih tertanam kuat dalam jiwa, masih bersih dan belum ternoda. Ku yakin masih ada kesepatan kedua, ku tanamkan dalam relung jiwa taubat nasuha, agar hidupku kembali teratur dan berjaya diakhirnya.

Kata bunda, ku anak manja, kata ayah ku sangatlah gigih hingga mainan yang ku pinta pada ayah belum juga dikasih aku akan terus menangis. Sebelum dapat apa yang dicari tak mau berhenti, untuk sebuah mainan aku mampu seperti itu, karena itu ku sangat yakin untuk cita-citaku ku bisa lebih gigih dari itu. Kata kakak ku orangnya telaten dan rapi, hingga ku jarang lupa jadwal harianku, selalu ku kerjakan tepat waktu. Karena ku tau waktu tak kan setia menemaniku. Dia akan terus berjalan hingga hujung waktu. Karena waktu adalah kehidupanku. Tanpa waktu ku hilang ditelan bumi dan berakhirlah sejarah hidupku. Kata adik, aku sangat penyayang. Bermain bersama disaat ibu sibuk membereskan pekerjaan rumah tangga. Itu kata mereka, namun kataku gimana….?

Yah… inilah aku, yang terkadang sering sedih tak menentu. Kadang aku malu, tak mampu seperti teman-temanku yang semangat dan gigih mencari ilmu. Ku akui, selama ku di Kairo bisa dihitung hari kuliahku. Bisa dihitung kapan ku datang memenuhi jadwal bimbel. Organisasi…? Untuk yang satu ini, aku sudah mulai tidak mau ikutan lagi. Jadwal tidurku melebihi jadwal belajarku. Oh diriku… sedarlah…? Kau bukan berada di tanah airmu. Kau jauh-jauh datang dari negeri hanya untuk tidur dan berdiam diri di kamarmu. Berpisah dengan orang tua, kakak, adik, dan keluarga semua demi ilmu yang sangat kau damba. Oh diriku…? Lihatlah alam luar, kau akan menghirup udara segar. Belajarlah dari dunia sekitar agar kau semakin besar dan bertambah tegar.

Kini jadwal kuliah sudah tertera di dinding kelas. Ku masih asyik bermain dan bermalas-malas. Ya Allah hatiku beku untuk kembali berjuang dalam menuntut ilmu, otak ku beku setelah liburan panjang menemani hari-hariku. Anugrahi salju rindu dalam jiwaku agarku fresh menjalani padang pasir yang berdebu. Pancarkanlah cahaya iman dalam qalbuku agar ku mudah memahami setiap ilmu dari-Mu. Jadikanlah aku diantara para penuntut ilmu yang ilmunya selalu bermanfaat sepanjang waktu. Jadikanlah hari ini lembaran baru bagiku sebagai tebusan lembaran usang yang dulu penuh kesia-siaan dan keputus asaan. Temanilah aku dengan ridho-Mu di setiap jejak langkah yang ku lakukan. Moga ini langkah awalku menuju jalan yang kau cintai, jadikan aku termasuk hamba yang kau cintai, dan bawa aku kesurga yang kau ridhoi, surge yang haqiqi.

“Upsss… gi ngapain mbak…? Cie… cie… yang gi buat surcin…?” Tiba-tiba Khairiyah mengejutkan Annisa yang dari tadi sibuk memainkan jari di notebook mungilya.

Annisa gadis yang hoby baca tulis, jadi wajar dia suka menuliskan isi hatinya di lembaran MS Word. Yang namanya diary ya nggak mau dong dipublikasi, akhirnya teman-temannya sewot sendiri dan godain Annisa dengan gurauan yang kadang bikin geli. Buat surcin la alias surat cinta, buat proposal la, atau gurauan lainnya. Maksud proposal disini bukan proposal bantuan dana, atau program kerja, tapi surat lamaran ke ikhwan…

“Biasa mbak, lagi ngadu ma ke kasih hati. Dah lama ni nggak ngadu via surcin. Kalo dari hati ke hati, dah biasa kali, kalo pake surcin sungguh luar biasa. Bisa merasuk dalam ruang dada”, Nisa menimpali.

“Bisa ja kamu. Oh ya anis, kamu dah dapat jadwal kul belum? Aku dah dapat nich. Kamu mau gak?”

“Hmmm.. gimana ya…? Pikir-pikir dulu deh”

“Kamu masih seperti dulu ya, tak berubah. Ke kul jarang. Kalo gak mau kul, ngapain kesini coba”.

“Hmm… hehehe.. senang banget aku kalo mbak Khairiyah marah. Serasa dapat durian runtuh. Hmmm enaknya buah durian”. Anis masih saja bercanda.

“Mbak Khairiyah sayang, aku dah dapat jadwal kok. Bahkan ada rencana mau jadi yang pertama datang, barisan pertama duduk di bangku kelas”

“Lebay kamu”, Khairiyah menertawakan.

“ Berangkat bareng yuk…”, semangat sedang menggebu di hati Anis.

“Ayuk, siapa takut. Tapi ingat ye… tak boleh tidur pagi”

“Iya.. bu gulu.. back to kampus, keep spirit chayoo…”

 

Tulisan ini pernah diterbitkan buletin BK-Sheet KMM Mesir edisi Oktober 2010

Leave a Comment »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.